Minggu, 08 Mei 2011

Dilema Sumber Daya Manusia di Indonesia


Indonesia, dengan luas wilayah yang sangat besar dan melimpah ruahnya kekayaan sumber daya alam, juga memiliki jumlah sumber daya manusia yang begitu besar. Tak tanggung – tanggung, kita masuk ke dalam urutan ke-5 dalam rangka jumlah penduduk terbanyak di dunia. Tapi apa sehebat itu juga ranking ita dalam kualitasnya?
Untuk dapat maju dan berkembang dengan sempurna sehingga kesejahteraan Negara dan penduduk baik merata memang sumber daya manusia adalah salah satu faktornya. Tapi jumlah SDM itu tidak semata menjadi tolak ukur bagi kesejateraan dan kemajuan suatu Negara. Ada lagi yang jauh lebih penting dari semua itu, yaitu KUALITAS.

Kualitas, ya kualitas. Bagaimana keadaan kualitas SDM Negara kita ini?
Hmmm, tak dipungkiri banyak juga prestasi yang diukirkan oleh anak anak bangsa kita ini, Indonesia. Tapi sepertinya jumlahnya belum sebanding untuk menyaingi kebesaran dari nama kita dalam ranking jumlah penduduk di dunia.

Ini, Indonesia itu bukannya tidak memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Tapi kualitas dari sumberdaya manusianya itu yang belum tersebar secara merata dan belum di manfaatkan secara optimal. Tentu saja kita perlu berbangga karena pemuda pemudi kita ada yang bahkan telah memenangkan berbagai olimpiade dan kejuaraan sampai tingkat internasional! Dalam berbagai bidang tentunya dan juga tidak main main bahkan banyak yang menyabet sampai gelar juara umum. Tapi kita juga bisa lihat bagaimana anak-anak pedalaman yang membaca pun tidak bisa, yang menulis atau menghitung pun buta sama sekali. Atau bahkan tak mengenal buku itu apa? Menyedihkan sekali melihat dua sisi yang sangat kontras ini.
Belum lagi potensi-potensi emas yang Negara kita miliki ini ada yang tidak bisa berkembang lebih jauh karena permasalahan ekonomi. Karena kemampuan pembiayaan keluarga yang tidak memadai dan tanpa adanya bantuan. Atau bagaimana aset aset emas manusia negeri kita yang malah kabur melarikan diri ke Negara-negara lain, untuk apa? Untuk mencari pengakuan. Untuk meminta penghargaan. Unuk merasa lebih berguna dan mendapat sesuai dengan tetes keringatnya. Lalu kalau sudah begini apa yang tersisa di Indonesia? Bibit bibit tidak unggul?

Beberapa orang bahkan sering menyebutkan,Bersyukurlah hidup di negara kita, Indonesia ini. Negara yang banyak amal jariyahnya karena sudah diatur oleh Sutradara sebagai negara penyaji SDM tanpa mampu mengelola SDM itu untuk kemajuan bangsa sendiri.”
Jadi sebetulnya permasalahan sumber daya manusia di Indonesia itu adalah bagaimana meningkatkan kualitas dengan merata dan juga bagaimana mempertahankannya agar dapat memajukan Negara ini.

Faktor eksternal yang patut diwaspadai dalam mensikapi SDM Indonesia adalah globalisasi (perdagangan pasar bebas). Perdagangan pasar bebas bukanlah gosip atau rumor yang kehadirannya masih dipertanyakan. Globalisasi adalah pendatang baru yang sudah beli tiket dan akan datang ke negara kita dan akan menetap untuk jangka waktu yang lama. Siapkah kita? Bagaimana SDM kita menghadapi tamu ini?
Kita diam saja terhadap pembajakan tenaga ahli berkualitas di Indonesia ini? Bagaimana bisa itu disepelekan sedangkan mereka adalah aset. Lalu nanti saat mereka benar sudah pergi kita kelimpungan sendiri. Ada dua akar permasalahan Yang pertama, kita biarkan mereka pergi karena ada tawaran yang lebih baik. Alasan perut atau idealisme. Sedangkan yang kedua, ternyata treatment bangsa kita terhadap anak bangsa sendiri masih tergolong rasis dan tidak mempunyai nilai kompetitif. Rasis kok sama bangsa sendiri. Ini paling aneh, mengapa malah tenaga ahli luar kita datangkan dan lalu kita treat special mati matian sementara tenaga ahli pribumi malah ditelantarkan? Padahal bukannya lebih baik kita memanjakan keluarga sendiri, aset sendiri, bangsa sendiri. Bukan malah mengelu-elukan orang asing yang tentu saja akan menelan biaya yang jauh lebih besar, apalagi dengan adanya kurs mata uang asing dan kedudukan Indonesia terhadap dollar yang tidak begitu menyenangkan bila dikonversikan dan diakumulasi dalam jumlah besar.
Atau begini deh, sandingkan saja mereka dalam persaingan sehat untung mengadu siapa yang betul memiliki kualitas lebih baik. Sepertinya tenaga ahli Indonesia juga bisa kok bersaing dengan orang-orang luar itu. Tapi tentu dengan taraf kesiapan yang sama, agar tidak jomplang dan hasilnya adil.

Faktor internal yang perlu sangat diseriusi adalah pemantapan kualitas dari dalam negeri. Begini saja, kalau betul kita mau melakukan hal seperti diatas, yaitu mentandemi kedua tenaga ahli antara dalam dan luar negeri lalu betul menguji mana yang terbaik dan mampu bersaing diantara mereka, tentu saja kita harus memiliki kualitas yang memang bagus betul. Kan tidak mungkin kalau kualitas kita dibawah mereka, tentu saja kita akan disepelekan atau malah jadi dipermainkan dan dikibuli.
Memperkuat barisan SDM di Indonesia, tentu perlu penghargaan bagi mereka yang memang potensial. Mereka wajar untuk memperolehnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan karyanya untuk pembangunan bangsa ini. Sambil waktu berjalan, mari manfaatkan sumber alam yang tersisa ini ditunjang dengan infrastruktur yang ada. Itu artinya, ada nilai kompetitif dan tujuan yang jelas mengapa kita jaga orang-orang yang berkualitas untuk berkarya dibidangnya di Indonesia. Ada reward dan pekerjaan yang jelas. Sasaran lainnya adalah ini bagian dari proses mencerdaskan kehidupan bermasyarakat bahwa gaji yang mereka terima adalah halal (karena memperoleh reward sesuai dengan jenis perkerjaan dan tanggung jawabnya), tidak makan gaji buta.

Selain itu pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam persaingan global dewasa ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi, adalah sebagai berikut :
  1. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat menghilangkan batas geografis pada tingkat negara maupun dunia.
  2. Aspek Ekonomi. Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan ekonomi diIndonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu, tidak dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi.
  3. Aspek Sosial Budaya. Globalisasi juga menyentuh pada hal-hal yang mendasar pada kehidupan manusia, antara lain adalah masalah Hak Asasi Manusia (HAM), melestarikan lingkungan hidup serta berbagai hal yang menjanjikan kemudahan hidup yang lebih nyaman, efisien dan security pribadi yang menjangkau masa depan, karena didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak yang timbul diakibatkannya ikatan-ikatan tradisional yang kaku, atau dianggap tidak atau kurang logis dan membosankan. Akibat nyata yang timbul adalah timbulnya fenomena-fenomena paradoksal yang muaranya cenderung dapat menggeser paham kebangsaan/nasionalisme. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya tanggapan masyarakat atas kasus-kasus yang terjadi dinilai dengan didasarkan norma-norma kemanusiaan atau norma-norma sosial yang berlaku secara umum (Universal internasional).
Karena IPTEK juga adalah komponen penting yang mempengaruhi kualitas SDM suatu Negara. Tuntutan dunia akan penguasaan dan perkembangan IPTEK dewasa ini dalan kadar tekanan yang tinggi. Oleh karena itu kualitas manusia di bidang ini perlu juga dilengkapi meski profesi apapun keahlian mereka.

0 comments:

Posting Komentar