Sabtu, 26 November 2011

Analisis Jurnal


Judul                          : Analisis Distribusi dalam Pembentukan Harga Komoditas Cabai dan Implikasinya Terhadap Inflasi
Nama Pengarang      : Nugroho Joko Prastowo, Tri Yanuarti, Yoni Depari
Tahun                         : 2008
Tema                          : Pembentukan Harga Komoditas Cabai



LATAR BELAKANG MASALAH
  • Fenomena
Komoditas cabai di Indonesia setiap tahunnya mengalami pergerakan harga naik dan turun yang begitu fluktuatif. Apalagi pada musim-musim tertentu seperti mendekati hari-hari besar keagamaan dan saat perubahan iklim pancaroba. Harganya bisa melambung sangat tinggi bahkan melebihi 100%. Seperti contohnya pada fenomena mendekati Hari Raya Idul Adha kemarin, dimana harga cabai mencapai Rp 40.000/kg setelah sebelumnya harga cabai hanya berkisar antara Rp 20.000/kg.
  • Riset terdahulu
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik berikut ini adalah tabel bagaimana rata‐rata harga cabai pada berbagai tingkatan rantai pemasaran selama 3 tahun terakhir, 2007-2009 (dalam Rp)


  •  Motivasi Penelitian
Adapun motivasi penelitian ini bertujuan untuk menelaah peran distribusi dalam pembentukan harga komoditas.


METODOLOGI
  • Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang sudah ada dilengkapi dengan data yang diperoleh dari instansi pemerintahan seperti data BPS (Badan Pusat Statistik).
  • Variabel
Yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah harga cabai merah di tingkat eceran, pasokan cabai, permintaan cabai, harga BBM yang mencakup biaya transportasi, dan variable gangguan distribusi yaitu factor cuaca dan bencana alam.
  • Model Penelitian
Guna mencapai tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian adalah:
a.      Metode deskriptif untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai karakteristik dari komoditas cabai tersebut, seperti pola produksi dan konsumsi, pola distribusi, tata niaga dan mekanisme pembentukan harganya.
b.      Metode kuantitatif dengan menggunakan persamaan ekonometrik untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga dan menganalisis dampak distribusi terhadap pembentukan harga komoditas cabai.
c.       Metode survei yang ditujukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai mekanisme distribusi dan pembentukan harga komoditas, dan sekaligus ditujukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan hasil analisis kuantitatif yang menggunakan data sekunder.


HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Persamaan pembentukan harga untuk komoditas cabe merah lebih sederhana karena nyaris tidak ada kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi harga cabe merah sehingga lebih mengandalkan variabel produksi dan distribusi. Persamaan pembentukan harga cabe merah di tingkat pengecer adalah sebagai berikut:

PCt = τ0 + τ1 PCt-1 + τ2 Q’Ct + τ3 POt + τ4 DDISt + εct ........................... (8)

di mana PC merupakan harga cabe merah di tingkat eceran, Q’C merupakan selisih (gap) antara pasokan dan permintaan cabe merah, PO adalah harga BBM sebagai proksi dari biaya tansportasi, dan DDIS merupakan variabel dummy gangguan distribusi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Estimasi dilakukan menggunakan data bulanan dengan periode tahun 2003-2006 sesuai dengan ketersediaan data.
Berdasarkan hasil estimasi dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa performa komoditas cabai masih bisa dikatakan bagus. Walaupun pembentukan harga cabe masih bersifat adaptif, namun persistensi harga cabe merah cenderung rendah. Untuk itu harga cabe merah lebih bergejolak (volatile) karena lebih sering mengalami penurunan persistensi. Sementara itu, pengaruh distribusi dalam pembentukan harga cabe merah cukup signifikan misalnya gangguan iklim yang berdampak kerusakan lahan perkebunan cabai. Sehingga bisa menyebabkan penurunan produksi. Bisa juga disebabkan karena kerusakan jalan sehingga menghambat pendistribusian cabai.
Cabe merah yang bersifat perishable (mudah rusak/busuk) dan transaksinya yang bersifat lintas wilayah akan semakin peka terhadap variabel distribusi dan menjadi komoditas penyumbang inflasi jika terjadi shock distribusi. Karena salah satu penyumbang inflasi terbesar adalah dari volatile foods (komoditas pangan) yaitu sebesar 27,2%. Yang hal ini disebabkan oleh adanya sifat perishable tersebut.


KESIMPULAN

Secara umum, faktor distribusi yang berpengaruh terhadap pembentukan harga komoditas dapat meliputi: biaya transportasi, gangguan distribusi, rantai distribusi, dan marjin keuntungan di setiap rantai distribusi. Hasil estimasi pembentukan harga komoditas utama penyumbang inflasi kelompok volatile foods mengindikasikan bahwa semakin cepat rusak/busuk (perishable) suatu komoditas tingkat fluktuasi harganya semakin tinggi dan ini terjadi pada komoditas cabai yang memiliki sifat perishable yang cukup peka.

 Tugas ini dikerjakan bersama Eka Agustianingsih

Selasa, 08 November 2011

Komoditas Cabai di Indonesia

 

Cabai termasuk salah satu komoditas penting rakyat Indonesia. Biasanya paling banyak digunakan dalam bentuk segar maupun olahan untuk konsumsi rumah tangga,industri pengolahan makanan,dan industri makanan. Selain itu cabai merah dimanfaatkan untuk pembuatan obat-obatan dan kosmetik. Cabai merah mempunyai luas areal penanaman paling besar diantara komoditas sayur-sayuran,sehingga permintaan terhadap komoditas ini cenderung besar. Oleh sebab itulah, pergerakan harga cabai sangat disoroti , apalagi seperti saat ini menjelang perayaan hari raya Idul Adha yang biasanya kenaikan permintaannya bisa tiga sampai empat kali lebih besar dibanding hari biasa. 

Sabtu, 05 November 2011

Kebijakan Harga


Dalam mengontrol kegiatan perekonomian pemerintah memiliki kebijakan-kebijakan tertentu. Seperti dalam penetapan harga untuk suatu barang, pemerintah memiliki 2 macam penetapan harga suatu barang, yaitu price ceiling dan price floor. Penetapan price ceiling dan price floor ini akan menyebabkan surplus dan shortage.

Gambar dibawah ini adalah gambar untuk kurva surplus dan shortage. Yang selanjutnya akan dibahas pada penjelasan dibawahnya.


Pergeseran Kurva Penawaran


Kurva penawaran tidak selamanya tetap. Dapat terjadi pergeseran dua arah, yaitu pergeseran ke kanan (kenaikan penawaran) dan pergeseran ke kiri (penurunan penawaran).
Pergeseran tersebut terjadi disebabkan beberapa faktor yang ikut mempengaruhi, yaitu:

1. Harga sumberdaya yang relevan
            Harga dari bahan baku / sumberdaya sangatlah berpengaruh terhadap kurva penawaran. Apabila terjadi kenaikan harga pada bahan baku utama tentu saja produsen harus memproduksi lebih sedikit produk jika tidak mau menambah biaya. Sementara itu jika harga bahan baku turun, maka dengan biaya yang sama produsen dapat memproduksi lebih banyak produknya.

2. Penggunaan teknologi
             Penggunaan teknologi terutama di era globalisasi ini memang sudah bukan hal asing lagi. Penggunaan teknologi ini dapat menekan biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja, karena step-stepnya bisa dikerjakan secara otomatis oleh mesin.
Sementara jika tanpa penggunaan teknologi atau semua dilakukan secara manual seperti cara tradisional memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih besar dan tenaga kerja itu membutuhkan biaya untuk digaji. Maka dengan pengeluaran biaya tetap produk yang dapat dihasilkan akan lebih sedikit.

3. Banyaknya penjual
            Banyaknya jumlah penjual di pasar dengan jenis barang yang sama juga dapat mempengaruhi kurva permintaan. Jika jumlah penjual yang menjual barang yang sama terhitung banyak, ini akan membuat penawaran akan barang tersebut meningkat. Karena kesuksesan seseorang dalam berjualan sesuatu dan memperoleh laba yang banyak dapat meningkatkan minat penjual lainnya untuk mengulangi kesuksesan tersebut, sehingga penawaran akan barang tersebut oleh si produsen tentu akan meningkat melihat kesempatan seperti ini.
Sebaliknya jika jumlah penjual jenis barang tersebut sedikit maka otomatis penawaran dari produsen akan lebih sedikit karena sedikitnya jumlah penjual yang mau menjual produknya tersebut.

4. Perkiraan harga di masa depan
Perkiraan harga di masa depan yang rendah membuat produsen akan lebih memprioritaskan untuk memaksimalkan penjualan dalam waktu dekat untuk memaksimalkan keuntungan.
Sementara jika harga di masa depan diramalkan lebih baik maka ada kemungkinan penawaran saat ini ditunda untuk memperoleh laba maksimum di masa depan dengan melakukan sedikit penundaan untuk menunggu harga yang bagus. Maka  kurva penawaran bergeser ke kiri.

5. Pajak dan subsidi
            Kenaikan beban pajak dapat menyebabkan pergeseran kurva penawaran ke sebelah kiri karena dengan beban pajak yang bertambah maka produsen harus menurunkan jumlah produksinya jika ingin memproduksi dengan biaya yang sama, hal ini menyebabkan menurunnya jumlah penawaran.
Sementara pemberian subsidi dari pemerintah kepada produsen menggeser kurva penawaran ke sebelah kanan. Karena dengan biaya sama yang dikeluarkan produsen lalu ditambah dengan subsidi dari pemerintah maka produsen dapat memproduksi barang lebih banyak.
           
6. Pembatasan pemerintah
            Pembatasan pemerintah ini menyangkut kebijakan yang dibuat pemerintah kepada produsen. Misalnya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan jumlah produksi suatu barang, maka otomatis jumlah penawaran oleh produsen akan meningkat. Begitupun sebaliknya jika pemerintah menetapkan kebijakan untuk menurunkan jumlah produksi suatu jenis barang maka jumlah penawaran produsen akan barang tersebut akan menurun.